MTs Negeri Janten Temon Kulon Progo memiliki sejarah yang pantas dibanggakan. Ternyata Ir. Sukarno, presiden pertama Indonesia pernah menjadi pimpinan/kepala madrasah di Temon Kulon Progo, berikut sejarah singkatnya.
MTs Negeri Janten pada awalnya bermula dengan didirikan sekolah di desa Sindutan. Pada tahun 1943 Ir. Soekarno sempat singgah di desa tersebut, karena harus bertemu dengan Mbah KH Faqih Syahid. Kedatangan Ir. Soekarno tersebut dalam rangka mencari obat bagi ibundanya yang sakit dan berada di Gamping. Saat itu Indonesia dalam masa penjajahan Belanda.
Ketika itu berkumpulah tiga tokoh, yaitu Mbah KH. Faqih Syahid, asli dari Sindutan, Kyai Syukur dari Pangen Purworejo dan Kyai Suradin dari Wojo Bagelen Purworejo, ditambah Ir. Soekarno pejuang kemerdekaan kala itu. Para tokoh tersebut kemudian mendirikan sekolah yang disebut madrasah dan Ir. Soekarno yang menjadi pimpinan/ kepala madrasahnya. Namun belum sampai satu tahun berjalan madrasah ini bubar karena Ir. Soekarno ditangkap Belanda. Beliau dituduh mencela Belanda dalam hal pajak.
Bubarnya sekolah di desa Sindutan tersebut memberikan inspirasi kepada persatuan Kaum Rois dan Kepala Bagian Agama se-Kecamatan Temon, bahwa ummat Islam perlu memiliki sebuah lembaga pendidikan yang berupa madrasah. Akhirnya disepakatilah pada tahun 1948 mendirikan madrasah di Dusun Weton, Kebonrejo, Temon, dengan nama Madrasah Raudlatul Thalabah. Pendirian madrasah tersebut dimotori oleh KH. Asrongi (putra Mbah KH Faqih Syahid) dari Sindutan, Imam Mukhtar, Kyai Suradiman yang keduanya dari Janten dan bapak K. Dirjo dari Temon. Kemudian madrasah diselenggarakan di rumah Mbah H. Kasan Winangun yang terletak di sebelah utara masjid Weton.
Guru-guru yang mengajar di madrasah ini pada umumnya adalah para kaum Rois se- wilayah Temon, seperti KH. Asrongi, Suradiman, Suhudi dari Kedundang. Murid-murid yang masuk di madrasah ini berasal dari sekitar Temon, serta wilayah Purworejo bagian selatan.
Perjalanan madrasah di Weton sampai tahun 1950-an cukup subur, bahkan sempat pada tahun 1949 para siswanya bersama pemuda masyarakat sebagai tentara APS (HISBULLAH), dan diberangkatkan ke Kebumen untuk pelatihan lebih lanjut.
Pada tahun 1952 terjadi perpecahan di tubuh MASYUMI antara Muhammadiyah dan NU. Perpecahan di tubuh MASYUMI ini juga mengimbas pada perpecahan di dalam madrasah di Weton menjadi 3, yakni : yang sebelah timur dibawa ke Jombokan Tawangsari Pengasih, dengan nama SMI yang dimotori Mbah K. Dirjo ( Mbah Carik Fadlil), yang sekarang menjadi SMP Muhammadiyah Temon, Yang ke desa Janten dibawa oleh K. Suradiman menjadi Madrasah Roudlatul Tholabah yang sekarang MTs ini. Sedangkan yang sebelah barat dibawa ke Jangkaran oleh KH. Asrongi dan diselenggarakan di rumah beliau, sekarang menjadi MTs Ma’arif Jangkaran. Di Jangkaran dan Janten madrasah hanya menerima siswa laki-laki. Kemudian para tokoh ummat Islam minta persetujuan untuk mendirikan madrasah putri.
Usulan itu disetujui dan pada tahun 1954 didirikanlah madrasah khusus untuk siswa putri bertempat di desa Janten. Pimpinan madrasah dipercayakan kepada Kyai Suradiman. Satu tahun kemudian dibuka madrasah untuk siswa putra di Janten, namun tempat/ kelasnya dipisahkan. Kegiatan belajar mengajar madrasah berpusat di rumah Muhadi, dan rumah Bardi. Letak rumah beliau hanya bersebelahan jalan. Kegiatan ini berlangsung sampai tahun 1967-an. Melihat perkembangan yang pesat, maka Madrasah Raudalatul Thalabah ditawari penegerian oleh Departemen Agama. Dan akhirnya dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor : 120 tahun 1968 tanggal 1 Oktober 1969 Marasah ditetapkan sebagai Madrasah Negeri. Gurunya sebagian besar adalah guru honorer, dan selebihnya bantuan Departemen Agama Kabupaten Kulon Progo. Karena persyaratan penegerian harus punya tanah, maka para tokoh agama, dan madrasah meminta kepada Lurah Janten agar sebagian tanah Kas Desa dapat dijadikan syarat penegerian. Dan diberikanlah tanah di lokasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Janten untuk bangunan dan juga lapangan yang terletak di sebelah selatan madrasah .
Ketika madrasah dipimpin R. Slamet Syatibi, atas dukungan para civitas MTs dan tokoh agama maka didirikanlah Madrasah Aliyah Ma’arif di lingkungan MTsN Janten. Untuk tahap awal lokasi ditempatkan di rumah K. Muhsinun, sebelah timur MTsN, kemudian pada perkembangannya MA Ma’arif mampu mempunyai bangunan sendiri di komplek MTsN Janten .
Di antara guru dan pendirinya adalah dari MTs Negeri Janten dan tokoh-tokoh agama saat itu, seperti Bapak KH. Bilal Nur Abdilah dari Janten, Drs. Masun dari Purworejo dan lain-lain. Dan untuk ujian MA Ma’arif Janten saat itu, bergabung di MAN Gamping, MAN 2 Yogya, MAN Bantul, dan terakhir distatuskan sebagai MAN FILIAL dari MAN 1 Wates, dan pada perkembangannya karena kekurangan guru maka MAN ini berakhir.
Secara singkat beberapa tokoh yang pernah memimpin MTs Negeri Janten atau MTsN 2 Kulon Progo diantaranya adalah :
- Syatibi ( al-marhum)
- H. Muhayat
- Drs. Komari
- KH.Drs. Norhadi
- H. Drs . Sukardi.AR
- H.Drs. Pahid Rais Mahmud
- Drs.H.Syamsudin.M.PdI (almhm)
- Drs.H. Suyasman.MA
- Dra.Hj. Zahriyati Rumsyam
- Muhammad Dwi Putranto, S.Pd.
Untuk saat ini MTsn 2 Kulon Progo dipimpin oleh beliau Bp. Muhammad Muslich Purwanto, S.Ag yang sarat dengan berbagai prestasi, seperti Sekolah Adiwiyata, Madrasah Perpustakaan dan lain-lain. Demikian sekilas tentang perjalanan MTs Janten atau sekarang menjadi MTs Negeri 2 Kulon Progo, dan semoga bisa menjadi MTs Internasional, menemani Bandara Internasional sebelah selatannya. Wallahu a’lam bish-showab.