Kulon Progo (MTsN2KP)–Pelaksanaan pembelajaran semester genap tahun pelajaran 2019/2020 sudah berakhir. Tetapi masih ada satu agenda penting dari bagian kurikulum yang belum bisa dilaksanakan pada jadwal sebelumnya. Agenda tersebut adalah Workshop Uji Publik KTSP 2013 yang sebenarnya dijadwalkan pada bulan maret 2020. Dalam workshop ini pihak Madrasah juga mengundang Komite, Perwakilan wali murid dan Pengawas Madrasah. Uji Publik KTSP ini penting untuk dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari perubahan yang terjadi, kata Muhamad Dwi Putranto, kepala MTsN 2 saat memberikan sambutan dalam acara yang dilaksanakan pada sabtu 27 juni 2020.
“Kurikulum 2013 mengalami sedikit perubahan perubahan karena menyesuaikan dengan kondisi sekarang. Salah satu perubahan yang harus diperhatikan berkaitan dengan dikeluarkannya KMA 184 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah. Perubahan tersebut harus kita sikapi, pelaksanaannya harus tetap mempertahankan ciri khas madrasah masing-masing,” ujar Dwi.
Sebenarnya tidak begitu banyak perubahan yang terjadi pada KTSP 2013 ini dari tahun sebelumnya. Salah satunya adalah aturan bagi setiap madrasah untuk memiliki identitas atau program unggulan. MTsN 2 Kulon Progo akan mewujudkan diri sebagai Madrasah Tahfiz, sehingga kurikulum yang akan datang akan menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran Tahfiz tersebut, kata Tukidi, S.Pd., waka bidang kurikulum.
Pengawas Madrasah, Barokatussolihah, S.Ag.,M.S.I. juga menyampaikan hal yang sama. Dalam arahannya beliau menyampaikan bahwa tidak ada kurikulum yang memiliki harga mati, pasti akan ada pengembangan maupun perubahan yang harus diterima sebagai landasan baru dalam melangkah. Perubahan-perubahan tersebut bertujuan untuk mencapai arah yang lebih baik bagi pendidikan di Indonesia.
“KTSP 2013 adalah pedoman yang harus kita patuhi untuk saat ini, tetapi ia tidak bersifat abadi, bisa dirubah sesuai dengan tuntutan yang diperlukan. Oleh karena itu, workshop uji coba ini adalah agenda yang sangat penting untuk diadakan Madrasah”, lanjutnya.
“Tugas manusia itu adalah untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak, dalam pelaksanaannya pasti akan ditemui banyak hambatan dan tantangan. Kita harus siap untuk menerima apapun yang terjadi, seperti Covid-19 ini misalnya, kurikulum kita harus menyesuaikan diri dengan keadaan ini, sehingga kita harus memberlakukan kurikulum darurat”, ujarnya.
Barokastussolihah juga menyampaikan bahwa pembelajaran di masa darurat seperti sekarang ini sangat menuntut kepekaan dari semua pihak. Tidak boleh memaksakan sesuatu yang tidak bisa dikerjakan, baik oleh peserta didik maupun tenaga pengajar. Pembelajaran secara Daring misalnya, daerah dengan jaringan yang tidak bagus akan kesulitan untuk menggunakan pembelajaran seperti ini.
“Sekarang kita sedang merancang model pembelajaran di masa darurat, sudah ada beberapa rumusan yang dibuat dan bisa dilaksanakan. Misalnya, pembelajaran bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu tatap muka langsung dan Daring, sesuai dengan status dan kondisi wilayahnya. Bagi yang tatap muka langsung tetap harus menggunakan prosedur yang ketat, seperti membagi siswa ke dalam kelas-kelas kecil, meniadakan sistem diskusi kelompok, membawa makanan sendiri dan lain sebagainya,” pungkasnya. (dan)